Baginya, karier gemilang yang diraihnya sekarang tak bisa lepas dari si semok yang pernah mengantarnya mengenal dunia balap.
Sejak kecil, tepatnya masih duduk di bangku sekolah dasar, ya tahunya hanya Vespa, jelas Fadli.
Makanya, scooter asal Italia ini punya kenangan cukup manis hingga sekarang. Bila sekarang bisa mengoleksi hingga 6 unit Vespa dengan embel-embel berkelas, ini lantaran melanjutkan hobi yang sudah lama tertunda.
Kesibukan sebagai seorang pembalap motor, menuntutnya untuk selalu fokus dengan tunggangan. Namun, Vespa saya selalu ikut ke mana-mana di dalam ponsel, kekeh pria asli Betawi ini.Sebuah Vespa Super keluaran 1974 berkelir biru berhasil diboyong ke rumah setelah menebus seharga Rp 300 ribu. Hasrat untuk menggeluti Vespa semakin menjadi sampai akhirnya Fadli berani untuk ngoprek dan bongkar-pasang Super kesayangannya.
Buatnya, mengoprek Vespa itu merupakan seni tersendiri yang tidak bisa dibeli dengan uang. Bahkan, siapa pun tak ada yang berani mengganggu bila melihat Fadli sedang utak-atik Vespa kesayangan.
Hanya saja, hobi ini kudu rela dibendung cukup lama karena kesibukannya di dunia balap yang memang menyita waktu.
Baru 3 tahun belakangan ini, kembali gencar berburu Vespa berkelas setelah Fadli makin jago mengatur waktu antara profesi dan hobi.
Untungnya banyak teman-teman lama baik dari komunitas Vespa hingga konco sesama pembalap memberi banyak masukan serta support bila ada incaran seputar Vespa, terang Fadli.
Ibarat gayung bersambut, di mana pun Fadli berada, informasi mengenai Vespa baik scooter hingga apparel-nya tak pernah putus. Itu juga yang membuat pembalap asli Cibinong, Jawa Barat ini seakan mendapat kekuatan dalam bertempur di lintasan balap. Bisa dibayangkan, aktivitas balap dengan moge dan motor-motor canggih, sementara Vespa di rumah jarang tersentuh belaian tangannya.
Hingga sekarang, Fadli sudah punya 6 buah Vespa dengan aneka ragam jenis dan tipe. Uniknya lagi, masing-masing tipe memiliki tema atau karakter tersendiri.
Ada yang buat kebut-kebutan, ada juga yang tampil full orisinal dan bahkan ada yang hampir tidak pernah dipakai, ungkapnya bersemangat. Meski begitu, semua koleksinya terawat dengan sangat baik di rumahnya, Jl. Raya Bogor, Cibinong, Jawa Barat.
Kalau sudah selesai balap atau musim kompetisi sudah usai, inilah saatnya Fadli melupakan tunggangan ekstrem untuk melahap lintasan balap dan kembali melirik ke-6 Vespa miliknya. Dari 6 buah koleksinya, Vespa keluaran 1964 yang baru saja didapat belum lama ini, tergolong istimewa.
Kondisinya 100% orisinal pabrik alias tak ada yang berubah sejak keluar showroom 64 tahun yang lalu, bisiknya bangga. Bahkan ban serep saja masih merek Pirelli yang jadi standar Vespa 1964 di Italia.
Tak kalah seru adalah Vespa produksi 1970 yang juga termasuk istimewa karena orisinalitas yang tinggi. Meski didapat secara second hand, Vespa yang satu ini tak pernah jalan sejak 1991.
Tetapi sekarang mulai dipakai untuk sekadar memanaskan mesin dan memutar laher-laher roda, ujar Fadli. Berbeda dengan Vespa Excell dan Exclusive II yang merupakan varian modern.
Sejak Bangku SD
Perkenalannya dengan Vespa memang sudah terjalin sejak masih bocah. Pada waktu itu, mulai dari orang tua, pakde hingga kakek memiliki Vespa sebagai tunggangan sehari-hari. Tak heran bila scooter semok ini langsung mendapat hati.
Tak jarang diajak kakek berboncengan naik Vespa keliling kota, kenangnya saat masih SD. Lama-lama, jatuh hatinya tak bisa terbendung sampai akhirnya memiliki Vespa pertamanya saat duduk di kelas 6 bangku sekolah dasar. Ini juga hasil menabung selama 2 tahun dengan menyisihkan uang jajan, ujarnya.
Excell yang dibangun rapi sesuai spek pabrik dijadikan sebagai tunggangan sehari-hari. Karena suku cadangnya masih bisa didapat, makanya semua parts saya buat baru semua.
Sama halnya dengan Exclusive II berwarna putih yang juga hasil membangun. Bedanya, semok putih ini lebih dikenal pada malam hari. Maksudnya, Vespa andalan Fadli yang satu ini hanya beroperasi malam hari saat ada lomba.
Memang spesifikasi sudah dibuat full tuning dengan komponen gado-gado, makanya kenceng enggak ketulungan, kekehnya.
Terakhir dicoba ngetrek dengan Suzuki Satria FU 150 full bored-up dan stroker. Bisa dibayangkan, gimana rasanya kalau dipakai untuk harian, sebab bahan bakarnya saja hanya bisa menggunakan avigas alias bensol. Makanya, Fadli membuat satu lagi Vespa full modifikasi mesin pada tipe PTS 50.
Komponen seperti blok mesin, magnet hingga knalpot semuanya import dari Italia tetapi sifatnya plug n play. Performa bisa naik drastis dari aslinya tanpa harus bikin pusing kepala, tak seperti Vespa Exclusive II yang memang sudah bubut sana-sini.
Paling terakhir adalah Vespa Sprint keluaran 1976 yang punya embel-embel limited edition. Nggak tahu kenapa, di sini Vespa Sprint ini tergolong langka.
Perbedaan nyata bisa dilihat dari fisik setang dan lampu utama yang terlihat lebih besar dari Vespa Sprint biasa. Istilah anak-anak Vespa adalah Sprint Kepala Bagol, urai Fadli yang memang klotokan.
Saking susahnya Vespa seperti ini, harga setang dan lampu utama bisa menyamai harga sebuah scooter Vespa Sprint versi lampu kecil alias Sprint biasa. Tak puas hanya sampai di situ, Fadli masih berniat untuk mencari produk yang tergolong aneh atau langka.
Masih ada beberapa incaran yang masih belum didapat pembalap yang mengawali karir di balap Vespa di Kemayoran pada awal 2000-an ini. Padahal di rumah sudah ada 14 motor termasuk Vespanya tadi. Tapi dasar nggak bisa ke lain hati, tetap saja Vespanya yang mendapat prioritas utama saat Fadli berada di rumah. (motorplus.otomotifnet.com)
No comments:
Post a Comment